kadang kalo nyanyi lagu ini, sempat terpikirkan: mawar Saron itu yang seperti apa?
Menurut Kidung Agung 2:1-2 (Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. — Seperti bunga bakung di antara duri-duri,....), sepertinya mawar saron bukanlah seperti mawar yang kita kenal di Indonesia, tetapi lebih mengarah pada bunga bakung (lili liar).
Diperkirakan, mawar Saron tersebut mungkin Narcissus tazetta. Narcissus sp ini dapat tumbuh di batu karang, di antara semak.
Kemungkinan-kemungkinan tersebut tertulis dalam Ensiklopedia Alkitab Jilid II.
Berbeda lagi dengan hasil penelusuran di internet. Menurut Wikimedia, mawar Saron dimungkinkan spesies Pancratium maritimum. Lili ini tumbuh subur di gersangnya pasir pantai sekitar Laut Hitam.
Berdasarkan ayat dalam Kidung Agung, mawar Saron yang merupakan bunga bakung di lembah, di antara duri-duri, agaknya sangat mirip dengan spesies yang disebut terakhir. Ini hanya asumsi pribadi. Mengenai spesies mana yang sebenarnya, masih banyak perdebatan di kalangan theolog.
Terlepas dari hal itu, keistimewaan dari spesies-spesies tersebut beragam. Kebanyakan terkenal dengan keharumannya. Namun, tak sedikit pula kegunaannya untuk mengobati berbagai penyakit. Hal ini dapat di-searching sendiri yah. Keistimewaan lainnya adalah bunga-bunga tersebut dapat tumbuh indah di tengah lingkungan yang terlihat menyedihkan (semak berduri, batu karang, pasir pantai). Bukankah bersama dengan Tuhan Yesus, kita akan dapat bertahan di kondisi yang sangat 'kering' sekalipun? Bukankah kita masih mampu melihat keindahan, meskipun dalam kondisi paling down dalam hidup kita?
Yang ingin aku bagi, ketika aku mendengar kata mawar, berhubung aku di Indonesia, aku teringat dengan bunga mawar. Bunga yang batangnya berduri. Ketika ada orang yang hendak memetiknya, duri ini kadang menjadi hambatan, bisa membuat tangan terluka. Namun, ketika kita dapat memetiknya, kita akan mendapat bunga elok nan harum. Selain itu, mawar dapat menjadi obat luka. Misalnya, ketika kita tersengat lebah, pertolongan pertama biasanya dengan menggosokkan kelopak mawar sehingga bengkak yang timbul dapat dicegah dan dipercepat pemulihannya. Minyak mawar bahkan bisa membuat bekas luka menjadi samar atau hilang.
Melihat hal itu, yang dapat aku peroleh berdasarkan analogi adalah:
Tuhan Yesus bagaikan mawar yang harum. Ketika kita mengikut Dia, melakukan pencarian untuk mengenalNya, kadang kita tertusuk duri. Bukankah Tuhan sendiri yang mengatakan mengenai penderitaan dalam mengikut jalan salibNya? Namun, selama kita tidak menyerah, kita akan berjumpa denganNya. Dia, yang adalah sang mawar, mampu menyembuhkan sakit kita. Mengganti luka dengan kesembuhan, mengganti kesakitan dengan kebahagiaan dan kedamaian. Tentu, karena Dia, sang mawar, tau rasanya sakit akibat duri. Dosa kita yang ditanggungNya dalam sesahan cambuk berkali-kali, dalam ludahan dan ejekan, dalam paku di kaki dan tangan, dan dalam makhota duri yang ditekan pada kepalaNya yang terkena terik siang bukit tengkorak.
Hendakkah kita mendekat pada Sang Mawar Saron? Ataukah kita hendak berhenti, karena duri yang ada di sekelilingNya? Ini dapat dijawab oleh masing-masing pribadi kita. Intinya, selamat menghayati Paskah! Tuhan Yesus menyertai kita semua
Ps:ini hanya kajian sederhana hasil searching-searching karena penasaran. Jika ada hal yang salah, ditunggu koreksiannya. terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar