Selasa, Agustus 21, 2012

5+17=22 ???

Sekarang 2012..
Di pagi yang cerah di hari Lebaran bagi mereka yang merayakannya..
Dan di pagi yang sama saat kami - aku dan orang tuaku - merayakan ibadah raya minggu di gereja..
Aku teringat kalau sekarang sudah tahun 2012..

Aku mulai mengingat menapaki langkah waktu yang telah silam dalam hidupku ini..
Mengingat dua peristiwa besar, yang menurutku suatu ujian yang terbesar dalam hidupku dari Tuhan..
Ujian yang menempaku untuk siap di kehidupan baru setelah tahun dan masa itu..

Ya, tahun 2012 ini adalah ulang tahun ke-17 ku sejak kehidupan keduaku.
Kehidupan kedua?
Ya, bagiku adalah kehidupan kedua..
Seandainya Tuhan mau, aku sudah meninggal dalam kecelakaan parah di bulan Oktober 1995 itu..
Kenapa di bulan Oktober? Aku sendiri tidak tahu, kenapa harus di bulan kelahiranku.
Tapi itulah Tuhan.
Dia selalu punya rencana yang tidak terduga.
Aku berpikir, mungkin saja aku mati saat itu, dengan kecelakaan yang menyebabkan seluruh tubuhku berlumuran darah, dengan luka jahitan dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Ya, mungkin orang yang baru mengenalku melihat mukaku biasa saja, dan hanya terkadang terlihat ada bekas luka.
Aku yakin kamu tidak bisa membayangkan, betapa hancurnya mukaku dulu, terutama di sebelah kiri karena kecelakaan itu, ya, kecelakaan yang meninggalkan sedikit botak di kepalaku hingga sekarang.
Aku sungguh bersyukur karena aku tidak merasakan sakitnya waktu kecelakaan itu terjadi, karena aku sedang tidur di becak yang aku dan mamaku naiki.
Aku berpikir di hari Minggu ini, betapa umur 5 tahun adalah umur di saat seorang anak sudah mulai mengerti kehidupan dengan pikiran sadarnya.
Aku bersyukur karena dengan peristiwa ini, aku belajar untuk tidak sombong dengan apapun -segalanya- yang Tuhan beri dalam hidupku...
Ternyata, sudah hampir 17 tahun berlalu sejak kehidupan keduaku ini..

Peristiwa kedua, adalah saat aku menjelang dan saat berumur 17 tahun..
Awal tahun 2007 aku berpikir akan mendapatkan sweet seventeen seperti yang dikatakan orang tentang ulang tahun ke-17.
Namun, bukan itu yang aku dapatkan.
Awal tahun, ayat mas yang aku dapatkan adalah mengenai penderitaan.
2 Korintus 4:17 --> Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Ya, meskipun konteksnya sedikit berbeda, tetapi aku merasa bahwa ini adalah peringatan Tuhan untukku bersiap diri menghadapi penderitaan tahun itu.
Akhirnya peristiwa-peristiwa besar yang cukup menguras air mataku terjadi di tahun ini dan tahun berikutnya.
Aku kehilangan emakku sayang, mak Kwa Christin -yang kata tante, aku mirip banget sama emakku ini- dan aku tidak sempat melihatnya di Rumah Sakit di bulan September.
Aku juga mengalami masalah terbesar dalam kehidupan keluarga orang tuaku tahun itu, di bulan September, tetapi tercuat dan kuketahui di bulan Oktober.
Kenapa harus bulan Oktober lagi? Dulu aku hanya mengatakan it seems a bitter seventeen for me. 
Di hari Minggu ini, aku berpikir, ya, ujian mental ini adalah untuk mempersiapkanku memasuki fase kehidupan yang berikutnya, yang pasti lebih berat dengan masalah yang lebih kompleks dibanding tahun-tahun kehidupanku sebelumnya.
Berlanjut ke April 2008, yang tentunya aku masih berumur 17 tahun, Tuhan memanggil engkong Amung dari kehidupan ini.
Sungguh, usia 17 tahun yang cukup berat bagiku.

Hari di saat aku memikirkan ini adalah hari di tahun 2012.
Itu berarti peringatan ulang tahun ke-17 dari peristiwa besar pertamaku, dan ulang tahun ke-5 dari peristiwa besar keduaku. Yang menarik adalah 5+17=22.

Ada apa dengan tahun ini? 
Aku belum tahu apa yang akan terjadi di bulan Oktober nanti, atau bahkan di bulan-bulan ini.
Yang aku tahu, peristiwa pertamaku adalah peristiwa terkait fisikku, yang kedua adalah peristiwa terkait mentalku, dan aku tidak tahu peristiwa besar apa lagi yang akan kutemui.
Mungkin aku akan merasakan sweet seventeen dari kehidupan keduaku, atau hal lain yang baik untuk peningkatan imanku.

Lagu yang dinaikkan dalam prosesi ibadah setelah Firman adalah lagu yang sama dengan saat aku menari sambil menangis di hadapanNya lima tahun lalu.
Kata-kata pada reffrainnya sungguh indah dan menguatkanku dulu, dan tentunya terus-menerus dalam hidupku.
Kata-kata ini mengalirkan kasih Tuhan yang nyata bagiku:
Sungguh indah Kau Tuhan, penuh kasih dan sayang
Kau tempat penghiburan bagi setiap hati yang terluka
Sungguh indah Kau Tuhan, menara perlindungan
Kau sumber kekuatan bagi semua orang yang membutuhkan
Dan lagu setelahnya adalah lagu yang aku tahu Tuhan mau aku lakukan selanjutnya:
MenyenangkanMu, senangkanMu, hanya itu kerinduanku
MenyenangkanMu, senangkan hatiMu, hanya itu kerinduanku

Apapun yang nanti terjadi, aku hanya ingin bersyukur karena Tuhan telah menjadikanku sebagai Derbie Octania Suryanto yang ditempatkan di keluargaku, daerahku, dan teman-temanku. Aku bersyukur karena semua orang yang Tuhan ijinkan aku temui telah menemaniku merasakan tumbuhnya aku, menjadi penghibur dalam susahku, menjadi teman dalam bahagiaku, dan menjadi pembentuk karakterku.
Aku hanya ingin berbagi akan satu prinsip hidup yang terbaik menurutku:
Apapun yang kita kerjakan, kerjakan dengan sukacita (senyum) dan dengan segenap hati kita karena pekerjaan itu sudah Tuhan berikan untuk kehidupan kita yang singkat, dan penyertaanNya tak pernah berakhir -selalu baik bahkan di saat tersulit sekalipun-.
Kita tidak tahu apa yang terjadi besok.
If tomorrow never comes,
we can say: Yes God, I come to You, and thanks for ev'rything You've made for me. Thanks for ev'ryone I met, and I will not regret because I've done ev'rything with all I am. :)

Kamis, Agustus 16, 2012

Arus mudik jalur selatan H-3

Hari ini hari H-3 Lebaran (katanya)..

Aku pergi ke arah barat dari daerah rumahku untuk keperluan akademik, kurang lebih 40-50 km, menggunakan sepeda motor. Sebenarnya saat berangkat adalah saat menentang arus mudik yang kebanyakan dari barat ke timur. Jalur yang aku lewati adalah jalur mudik utama di bagian selatan.

Kondisi saat aku berangkat sekitar pukul 11.10 WIB adalah ramai lancar hingga padat merayap di kedua arah: ke timur dan ke barat. Dominasi ke arah timur adalah sepeda motor, sedangkan dominasi ke aarah barat adalah mobil pribadi dan mobil berukuran besar. Anehnya, pada saat berangkat ini, rasanya benar-benar padat merayap untukku, yang mungkin ramai lancar menurut orang lain. Aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk menyelip kendaraan di depanku. Selama perjalanan dari rumahku (Majenang) hingga perbatasan Jabar-Jateng rata-rata kecepatanku hanya dapat mencapai 40-60 km/jam, lebih lambat dari biasanya. Sejak perbatasan sampai Cisaga, kondisi ke arah barat adalah ramai sangat lancar sehingga rata-rata kecepatanku 60-80 km/jam. Akibat kondisi di awal, perjalanan yang biasanya membutuhkan waktu 60 menit, meningkat menjadi 85 menit.

Saat aku pulang sekitar pukul 12.40, tentunya ke arah timur, kondisi jalan adalah seperti biasa, cukup lengang. Beberapa kendaraan mudik tampak melintas bersama denganku, sama-sama dengan kecepatan tinggi. Kemudahan menyelip kendaraan cukup tinggi dan kecepatan rata-rata yang dapat kutempuh adalah 60-80 km/jam.

Pada kedua arah, tidak terlihat adanya kecelakaan. Hanya saja terdapat kendaraan besar yang mogok di jalan, yaitu sebuah truk ke arah barat di sekitar perkebunan karet dan pabrik kayu. Ke arah timur, ada bus Budiman yang mogok di daerah sekitar kota Banjar.

Hal yang menarik untukku dari perjalanan ini adalah aku merasa kondisiku seperti orang mudik. Aku bisa merasakan lagi sensasi mudik dengan sepeda motor, walaupun hanya dengan jarak tempuh sekitar 2 x 50 km. Aku merindukan kakakku, aku menginginkan rasa mudik berboncengan dengan kakakku dari Bandung ke rumah. Terlepas dari itu, penampilanku memang seperti orang mudik: mengenakan jaket dua lapis dan membawa ransel. Yang lucu adalah saat mengisi bensin di SPBU Cisaga. Di situ, petugas SPBU laki-laki mengira aku laki-laki karena penampilanku dan rambutku yang pendek. Saat dia mengetahui aku adalah perempuan, dia meminta maaf.

Pemandangan yang aku lihat bukanlah pepohonan dan rumah di kiri kanan jalan seperti yang biasa kuperhatikan, tapi pemandangan yang ada di mataku saat melakukan perjalanan ini adalah plat kendaraan dan motor-motor pembawa pemudik. Biasanya plat kendaraan yang berseliweran di daerah ini adalah R dan Z. Tapi, hari ini aku melihat plat kendaraan didominasi oleh plat B dan D. Terlihat juga plat lain seperti: A, AE, BE, AB, F, G, L, N, dan T. Cukup mengesankan. Selain itu, aku sempat melihat pemudik berkendara sepeda motor: 1 anak di depan, bapak di tengah dan ibu di belakang. Sang ibu menggunakan jaket seperti jaket untuk di kutub. Pemandangan lainnya yang membuat saya terkesan adalah pemudik berkendara sepeda motor. Dia tidak membawa anggota keluarga lain, tapi dia membawa ayam satu ekor dan burung beserta sangkarnya, disamping membawa ranselnya. Yang menarik lagi adalah satu orang pengendara yang membawa buntalan besar di depan dan di belakang. Ini seperti membawa perlengkapan kemah, khususnya tenda.

Itulah sekilas pengalaman saya siang hari tadi. Bagi semua yang akan atau sedang mudik melewati jalur selatan, selamat mudik, dan tetap jaga kesehatan. Jika kamu melihat lampu lalu lintas pertama setelah melewati perbatasan Jawa Barat- Jawa Tengah ke arah timur, itu berarti kalian sudah sampai di daerah asalku: Majenang. Jika kamu melihat RSUD Majenang dan tetap ke arah timur, perempatan kedua yang kamu temui adalah jalan menuju rumahku. Kalau kamu temanku, silakan singgah sejenak untuk melepas lelah dan haus.

Sekian sekilas info pengalaman saya. God bless you all :D

Sabtu, Agustus 11, 2012

Terima kasih untuk segala kasih sayang untukku selama PL

Terima kasih..
Kenapa?
Apa istimewanya dengan PL q?

Sebelumnya, untuk kalian yang belum tau, PL adalah Praktik Lapangan.
Saat ini, hari ini, aku baru saja menyelesaikan PL ini.
Aku saat ini berstatus sebagai mahasiswa semester 8 IPB (7 semester aktif).
Tempat PL yang aku pilih dan akhirnya aku PL di situ adalah PTPN VIII Kebun Batulawang.
Di sini, aku PL di kebun karet selama 12 hari kerja dan mendapatkan kenalan yang menyenangkan, baik itu kepala afdeling, mandor, mandor besar, kepala JTU, pembantu JTU, tukang kayu, karyawan yang biasa bersih-bersih dan sejenisnya, serta karyawan sadap. Tapi saat ini, aku tidak akan membeberkan banyak hal mengenai itu, karena saat ini aku lebih tertarik menceritakan bagaimana kisah PL ku ditutup.
Setelah 12 hari di kebun, aku PL di pabrik pengolahan karet menjadi RSS selama 30 hari. Selama 30 hari ini, lebih banyak karyawan dan mandor yang berinteraksi denganku.
Banyak kisah yang ditorehkan padaku dan diperlihatkan serta diajarkan oleh mereka. Hal yang berharga dalam waktu singkat yang juga berharga. Sama seperti di kebun, mereka sudah seperti sahabat atau keluarga buatku, aku senang bergaul dengan mereka dan itu membuatku merasa waktu 42 hari kerja adalah waktu yang sangat singkat.
Inilah kisah-kisah di akhir kisah PL ku, karena sebagian besar kisah PL ku dapat ditemui di akun FB ku. Aku akan menceritakan sekitar tiga hari terakhirku saat PL dari masing-masing bagian (yang tentunya berkesan, dibanding dengan bagian lain yang kurang berkesan yang tidak aku ceritakan di bawah ini).

#Bagian sortasi
Bagian ini merupakan bagian akhir dari proses di pabrik, di sini ada 13 karyawan wanita dan beberapa karyawan pria. Karyawan wanita di sini sudah menjadi ibu, baik berstatus single parent ataupun masih bersuami. Ada teh rus, teh hani, teh yani, teh nung, teh amah, teh santi, teh eti, wa isah, teh neng, teh mirah, teh obang, teh dede, dan teh ochi. Pria yang ada di situ ada yang masih pemuda, seumuran denganku, maupun bapak-bapak. Ada risma, a rian, herna, dika, a ujang, a iis, andri, jablay, pak asep, aha, pak dodi (abah). Semoga tidak ada yang terlewat. Oh tentunya pak mandor, yang tidak akan kusebutkan namanya di sini, untuk kebaikan.  Hampir setiap hari aku membantu mereka di pagi hari hingga waktu istirahat, menjelang tengah hari atau hingga pekerjaan selesai. H-40 PL ku, aku dikejutkan dengan bingkisan dari para ibu yaitu sale pisang gulung, yang belum pernah aku coba sebelumnya. Aku hanya biasa memakan sale pisang datar. Dua bungkus besar aku dapatkan. It's a wow for me. Selain itu, mereka mengatakan bahwa dari sekian banyak mahasiswa PL, aku termasuk salah satu yang paling dekat dengan mereka, keseluruhan mereka. Hari ini, di pagi hari, aku bersama dengan rombongan pembongkar yaitu teh rus, teh neng, teh santi, herna, dan risma. FYI, risma ini seumuran lhoh, lahir november 1990, biasa dipanggil ncis, atau ima, oleh orang yang sudah dekat tentunya. Nah, pagi ini, herna banyak menggoda (atau merayu ya?) menurut teteh teteh dan pak mandor asap. Gubrag kan, apalagi si herna cengar-cengir terus, yang menurut mereka tidak biasanya. Dia dengan PD mengatakan padaku, mau pakai pakaian apa saja, yang ini tetap bagus (sambil menunjuk dirinya sendiri), hehehe. Siangnya sekitar pukul 10, hariku diisi dengan senyuman, kebahagiaan dan obrolan menyenangkan bersama para teteh. Di siang hari, setelah aku pergi ke kantor dan IPAL, aku kembali dan suasana ruang ini cukup panas, karena mandor dan anak buahnya tampak sedang tidak enak hati (marah atau ngambek red). Akhirnya, sempatlah terlihat adanya pertengkaran ibu dan anak antara wa isah dan risma, ini benar-benar membuatku shock. Akhirnya risma pulang. Cukup sedih sih, tidak bisa mengucapkan salam perpisahan dengannya, hehehe. Di akhir, yaitu pukul 2, saya mengucapkan salam perpisahan dengan para ibu, dan ini cukup berat, karena beberapa di antara mereka terlihat akan menangis, dan ada satu yang benar-benar menangis, yaitu teh nung. Aku jadi terharu dan memang tidak bisa dipungkiri, cukup berat berpisah dengan mereka, mereka yang menjadi temanku, teman yang curhat, ibu, pemberi jajanan serta pelanggan bajuku. Mereka dengan kepolosannya dan keramahannya adalah orang sederhana yang menyenangkan bagiku. Berbagai pesan dan doa untukku mereka berikan. Pesan yang aku ingat adalah yang terakhir: kalau nikah, jangan lupa undang kami ya, dan kapan-kapan main ke sini lagi. Pesan yang berkesan untukku satu lagi adalah dari Dika, yang pernah bilang kita kan sehati (padahal tentang masalah jam), kesuksesan dan kelulusan. FYI, Dika ini mukanya cute-nya mirip teman dekatku, si VV. Ya, sesama mahasiswa angkatan 2008 walaupun beda kampus, aku pasti menyusulmu untuk menyandang toga, hehehe. Semoga Tuhan mengijinkan. amin.

#Bagian pengolahan
Bagian ini tempat kedua yang paling sering kudatangi. Ada bagian kiri dan kanan, dan terus terang saja, karena sudah terbiasa di sebelah kiri sejak awal, jadi aku sering di kiri. Ternyata, pelat-pelat di sini juga lebih mudah dibandingkan dengan sebelah kanan. Sisi sebelah kiri dihuni oleh yayu mar, ceu adminah, teh juju, teh neti, lilik, hendi, a dede, fery, ardi. Kalo di kanan ada bu empat, teh ating, teh aah, ibu cantik, teh ai egi, edi dan satu lagi yang aku lupa namanya. Di atas ada mang ondi (aki) dan mamahnya teh neti. Bener-bener deket sama bagian kiri. Teh neti cantik dan udah karyawan tetap. Yayu Mar enak diajak ngobrol, gitu juga teh juju dan lilik. Yayu ini pelanggan yang paling loyal di sini, hehehe. Biasanya aku lebih banyak bantu pekerjaan laki-laki, karena itu yang paling aku bisa: pasang pelat. Nah, hari-hariku biasa dipenuhi dengan godaan si hendi. Aku sempat risih, tapi lama-lama itu terasa seperti becandaan biasa jadi ga terlalu illfeel lagi. H-41 dan H-42 PL aku banyak dicecar godaan dari hendi, malah dicengcengin sama ardi, yang pada H-41 tidak berangkat kerja untuk mengurus warisan, ckckck. Selanjutnya, feri orangnya sanguinis banget jadi banyak becanda, tapi dari dia aku belajar banyak, thanks banget. Nah, H-41 feri ini kasi kenang-kenangan yang katanya, hari ini ulang tahun kan, dengan menyemprotkan air dari selang (walau ga sengaja) ke belakangku sehingga celanaku basah sekali. H-42 feri ga datang, tapi lagi-lagi dapat semprotan air, meskipun tidak terlalu basah, dari si ardi. Gubrag. Terakhir, a dede. Waktu pertama lihat, mirip sama feri, tapi aku bingung kenapa adi diam sekali ya si feri. Ternyata itu a dede. A dede ini awalnya paling diam, tidak ramah, dan sering menghindar kalau pelat kami sudah dekat. Nah kelamaan, justru a dede yang paling ramah, tersenyum manis, dan banyak tanya dengan lembut. Hari terahir ini, sempat ada 4 orang yang nyekat ( a dede, hendi, egi, sama satu lagi lupa namanya) trus hendi bilang foto. Ya sudah kufoto, eh yang lain malah langsung ngehindar, alhasil cuma ada egi dan hendi. di akhir, saat pamit, karena mereka masih sibuk, alhasil hanya ardi yang salaman denganku, dan hendi bilang salaman dulu dong. Benar-benar lucu. Apalagi, sebelumnya, ardi dan hendi becandaan lucu sampai ketawa-ketawa. Selain itu, teh juju uga membuat ekspresi sangat lucu saat memainkan sikat di depan yayu mar. Yah itulah kesan kesan terakhir yang menyenangkan.

#Bagian penyampayan.
Bagian ini hanya kubantu 3 kali di awal-awal. Hanya sedikit yang saya tahu namanya, yaitu teh enok, teh neng, indung, mamanya edi, dan yang lain tidak tahu. Mereka tidak tahu kalau hari ini adalah hari terakhir PL saya. Yang saya kaget, ternyata teh enok membawa minyak goreng Sania dan memberikannya untukku. Ini merupakan pemberian yang besar buatku, karena ini sebenarnya bagian THR teh enok yang baru dibagi hari ini. Terlebih, sebelumnya aku diceritai teh ating bahwa teh enook kemarin kehilangan uang ratusan ribu. Ini sangat menunjukkan kasihnya buatku. Apalagi kalau ingat waktu foto-foto bareng mereka dan nyampay, semangat untuk mencoba yang mereka dorong ke aku, itu berharga banget.

#Bagian kantor
Di sini yang berkesan adalah teh tuti dan pak sungkana. Teh tuti memberikanku teh walini 2 pak pada H-41. Hari ini banyak ngobrol dan nemani aku jalan-jalan ke IPAL. It's great. Sementara, pak Sungkana hampir selalu membuatku canggung. Entahlah, rasanya terlalu banyak kata-kata yang tidak bisa kuucapkan dengan cara biasa, entah karena merasa berhadapan dengan orang yang terlalu tinggi atau karena nadanya terkadang seperti becanda tapi seperti serius. Tapi mungkin juga ada efek dari nightmare-ku waktu itu. Intinya, bapak ini lebih suka mendiskusikan budaya dibandingkan hal-hal teknis. Agak unik bukan? Tapi akhirnya, hari ini cukup serius membicarakan limbah.

Itulah sebagian yang, entahlah, saat aku menuturkannya dalam tulisan ini, rasanya kurang dapat menggambarkan betapa perasaanku bercampur aduk saat harus berpisah dengan mereka. Ada terharu, sedih, senang, dan lain sebagainya. Aku hanya berharap seandainya waktu bisa diperpanjang sedikit lagi. Mungkin jika itu benar-benar terjadi, belum tentu akan lebih baik. Apapun, terima kasih untuk semua kasih sayang, curahan perhatian, pembelajaran, sharing, bahkan waktu-waktu bersama. Meski tadinya orang asing, tetapi sudah seperti teman lama, saudara, atau rekan kera hanya dalam waktu yang singkat. Kiranya Tuhan memberkati semua yang aku sebutkan maupun yang tidak aku sebutkan.


I