Jumat, Desember 09, 2011

di balik benda bernama eye shadow

            Eye shadow adalah salah satu jenis kosmetik yang biasa digunakan untuk mewarnai kelopak mata sehingga terbentuk bayangan yang baik. Eye shadow yang baik memiliki sifat mudah digunakan secara halus dan mempunyai daya adhesi yang bagus untuk kulit, tidak mengalami perubahan warna, tidak menciptakan noda ketika terkena keringat. Selain itu, eye shadow tidak berminyak ketika digunakan.
            Umumnya eye shadow tersedia dalam bentuk padat, berupa serbuk; stik yang berbasis minyak; atau pensil. Namun, saat ini eye shadow dapat dijumpai dalam bentuk cair pasta yang berbasis minyak maupun berupa emulsi. Bentuk emulsi ini dapat berupa o/w atau w/o, tergantung pada jenis emulsifier yang digunakan. Untuk kecenderungan kebutuhan pemakai, eye shadow tipe w/o lebih dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan produk yang tahan air, baik itu  terhadap keringat, air mata, maupun air hujan. Dengan tipe w/o, fase luar yang bersentuhan dengan kulit adalah fase minyak sehingga kebutuhan ini dapat terpenuhi. Akan tetapi, hingga saat ini, eye shadow yang diproduksi cenderung bertipe o/w.
            Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan eye shadow tipe emulsi terbagi menjadi tiga jenis. Jenis pertama adalah bahan serbuk. Bahan ini terdiri atas talk 10%, kaolin 2% dan pigmen 5%. Jenis kedua adalah fase minyak/lemak. Jenis ini meliputi asam lemak stearat 3%, isopropil miristat 8%, parafin liquid 5%, propilen glikol monolaurat 3%, antioksidan dan sedikit parfum. Jenis ketiga adalah fase air berupa air murni sebanyak 56,8%. Selain tiga bahan utama tersebut, terdapat juga bahan lain seperti butilen glikol 5%, gliserin 1%, trietanol amin 1,2%, pengawet dan sequestering agent (Winanti, 2011).
            Dari jenis bahan tersebut, bahan yang penting untuk membuat emulsi eye shadow adalah trietanol amin. Trietanol amin (TEA) adalah cairan pekat yang tidak berwarna atau kuning pucat pada suhu ruang. Bahan ini memiliki kemurnian 99% dengan pH tinggi, serta larut dalam air (Patel, 2011). Bahan ini akan bereaksi dengan asam stearat membentuk trietanol amin stearat yang berfungsi sebagai emulsifier. Emulsifier ini termasuk dalam jenis emulsifier o/w (Wasitaatmadja, 1997). Emulsi yang dibuat dengan emulsifier ini lebih murah, lebih mudah dibuat, lebih enak dipakai karena tidak begitu lengket, lebih cepat menyebar di kulit dan lebih dingin. Jenis emulsifier ini cocok digunakan dalam eye shadow bentuk cair pasta (krim) karena memiliki sifat yang lebih lambat mengeras. Dengan begitu, stabilitas sediaan lebih tinggi (Darijanto et al. , 2007).
            Untuk menghasilkan warna yang bervariasi, eye shadow menggunakan pigmen. Pigmen yang digunakan dapat berupa pigmen organik ataupun anorganik. Umumnya, pigmen anorganik berupa titanium dioksida yang dilapisi mika banyak digunakan. Ini dibutuhkan untuk memperoleh varian warna yang lebih luas. Proses yang dibutuhkan dalam pembuatan pigmen ini adalah penghalusan titanium dioksida dan mika disertai pengadukan sampai tercipta warna yang homogen (Anonim, 2011).
            Bahan tambahan berupa pengawet juga diberikan untuk memperpanjang umur simpan produk. Produk eye shadow emulsi mengandung cairan sehingga memiliki risiko tercemari oleh mikroba. Oleh karena itu, cairan emulsi dilindungi oleh pengawet sehingga mikroba tidak tumbuh. Selain itu, terdapat juga penambahan aktioksidan dari fase minyak. Ini memiliki kegunaan mencegah oksidasi dari asam stearat dan pigmen sehingga emulsi stabil dengan warna yang tetap konstan.
            Proses untuk memproduksi eye shadow tipe emulsi dimulai dengan persiapan masing-masing bahan. Bahan serbuk dicampur hingga homogen. Bahan fase minyak dibuat menjadi larutan pada suhu 75-800C. Sementara, bahan-bahan fase air dibuat pada suhu 70-750C. Bahan serbuk dicampur dengan bahan fase air. Setelah itu, dilakukan pencampuran dengan fase minyak. Umumnya, unit operasi ini dilakukan menggunakan homomixer. Produk emulsi ini diberi perlakuan pendinginan hingga mencapai suhu kamar dan dipress dalam wadah eye shadow (Winanti, 2011). 
            Terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan dalam produk ini. Uji yang paling utama adalah uji stabilitas emulsi. Uji ini diperlukan untuk mengetahui berapa lama produk ini akan stabil selama penyimpanan. Untuk penggunaannya, dibutuhkan waktu simpan yang panjang karena kecenderungan pemakaian yang lama habis. Oleh karena itu, diperlukan stabilitas yang tinggi. Harapannya, produk eye shadow ini tidak mengalami creaming ataupun koalesen selama penyimpanan.
            Uji berikutnya yang biasa dilakukan dalam pengujian produk eye shadow adalah uji dispersi pewarna. Uji ini penting dilakukan karena perwarna yang digunakan cenderung lebih banyak dibandingkan dengan jenis produk lainnya. Jika pewarna tidak terdispersi dengan baik, akan muncul garis pada wajah konsumen. Pencetakan pun akan lebih sulit.
            Uji kesesuaian bayangan juga perlu dilakukan. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa spesifik bayangan pada setiap batch sama dengan batch sebelumnya. Pada uji ini, dilakukan perbandingan produk dengan produk sebelumnya yang telah diterima sebagai standar bayangan partikular yang diproduksi. Ini harus dilakukan pada tempat dengan cahaya yang standar. Warna bayangan akan terkait dengan dispersi warna dan jumlah minyak.
            Emulsi eye shadow juga perlu diuji secara mikrobial untuk memastikan tidak ada kontaminasi sepanjang proses produksi. Pengujian ini dilakukan pada sampel produk sebelum pencetakan (Tandiarrang, 2011).
            Uji untuk aplikasi eye shadow meliputi uji lekatan dan uji hedonik.  Uji lekatan (patch test) merupakan uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Sementara, uji kesukaan (hedonic test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap produk ini. Pelaksanaan uji ini memerlukan dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Jumlah panel uji kesukaan yang semakin banyak semakin baik, sebaiknya melebihi 20 orang. Jumlah yang lebih besar akan menghasilkan kesimpulan penerimaan pasar yang lebih valid.
            Pengembangan yang dapat dikerjakan untuk produk eye shadow adalah pembuatan eye shadow tipe w/o. Ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk membuat tipe emulsi ini, diperlukan emulsifier w/o. Salah satu jenis yang dapat digunakan adalah polygliceryl oleat. Emulsifier ini memiliki titik didih >3000F dengan warna kuning, cukup stabil dan tidak berbahaya (Anonim, 2011). Ini merupakan jenis nonionik (netral).
            Pengembangan lain yang dapat dilakukan adalah variasi warna, misalnya pemberian efek glitter. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan mika mutiara saat pembuatan pigmen dengan titanium dioksida. Jika ingin didapatkan efek warna perak atau keemasan, dapat ditambahkan dengan serbuk metalik seperti aluminum dan perunggu.
            Selain itu, pengembangan yang dapat dilakukan adalah pembuatan produk kosmetik multifungsi. Karakter dan formulasi eye shadow umumnya tidak berbeda jauh dengan blush on (perona pipi). Oleh karena itu, dapat dibuat produk emulsi berupa krim yang aplikasinya dapat digunakan sebagai eye shadow ataupun blush on. Produk ini akan lebih efisien dan praktis untuk konsumen yang sering bepergian.


Sumber:
Anonim. 2011. MSDS Polyglyceryl Oleat. http://www.makingcosmetics.com/msds1/ msds-polyglyceryl-oleate.pdf [5 Desember 2011]
Anonim. 2011. Pressed Powder Eye Shadow "Nude Glitter".  http://www.makingcosmetics.com/formulas-6.html [4 Desember 2011]
Darijanto, Sasanti T et al. Pengembangan Sediaan Kosmetika Asam Glikolat dalam Bentuk Krim dan Gel serta Uji Stabilitas Sediaan. Jurnal Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXXII, No. 1, Maret 2007.
Patel, Ramesh. 2011. Surfactants and Emulsifiers. http://www.indiamart.com/matangiindustries/surfactants-and-emulsifiers.html [5 Desember 2011]
Tandiarrang, Mardianti. 2011. Evaluasi dan Aplikasi Eye Shadow. http://mardiantitandiarrang.blogspot.com/2011/03/evaluasi-dan-aplikasi-eye-shadow.html [4 Desember 2011]
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia, Depok.
Winanti, Tri. 2011. Kosmetik Dekoratif. http://www.scribd.com/doc/54247108/ Kosmetik-Dekoratif [4 Desember 2011]

4 komentar:

  1. Hey there! This is my first comment here so I just wanted to give a quick shout out and say
    I truly enjoy reading your articles. Can you suggest any other
    blogs/websites/forums that deal with the same subjects?

    Thank you!
    Feel free to visit my blog post : Symptoms Of Insomnia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hey!
      thank you for your respond..
      i don't know so much about this term, i think you can try opening blog/website that I've written in "daftar pustaka"..
      I just made this post because of my task in my class..
      ok, i'll see soon :D

      Hapus
  2. fungsi kaolin pada eyeshadow untuk apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf untuk pertanyaannya, mungkin saya kurang kompeten untuk menjawabnya.

      dari yang saya dapatkan, kaolin memiliki sifat higroskopis, sehingga dapat menyerap minyak. dapat dilihat di : http://editorial.femaledaily.com/blog/2017/04/11/beautypedia-fungsi-10-bahan-kosmetik-wajib-tahu-bagian-2/

      selain itu, kaolin yang berupa bahan serbuk, dapat digunakan untuk campuran dalam emulsi pembuatannya, mungkin terkait dengan efek kecerahan pewarnaan menggunakan pigmen juga. cek on http://pharmacyaurel.blogspot.com/2010/06/teknologi-kosmetik-bedak.html

      maaf jika jawaban saya tidak cukup membantu.

      Hapus