Rabu, Februari 01, 2012

AUTIS juga manusia..

Autis yang dimaksud di sini bukanlah autis saat kita berbicara dengan orang lain dalam nada bercanda : "Dasar autis lo".. Akan tetapi, autis yang dimaksud di sini adalah sebutan halus bagi orang-orang yang Tuhan ijinkan untuk menerima cacat mental, yang secara kasar disebut idiot, ataupun secara lebih halus lagi disebut Tuna Grahita.

Setiap orang tua tentunya tidak ingin memiliki anak yang 'berbeda'. Begitu juga dengan saya. Akan tetapi, jika Tuhan memberikannya, bagaimana? Apakah mungkin kita membuang anak kita yang sedikit 'berbeda' itu karena malu, atau karena tidak mau direpotkan? Tentu tidak. Mereka juga manusia yang berhak untuk hidup. Bagi kalian, para orang tua, yang membuang atau menelantarkan anak autis, seharusnya kalian malu dan introspeksi. Siapa tahu itu adalah kesalahan kalian, mungkin menikah dengan saudara sedarah atau memang anda memiliki gen bawaan autis, atau anda terlalu banyak mengkonsumsi obat selama mengandung.

Terkadang orang-orang lain di sekitar pun mencemooh keberadaan anak autis. Tidak jarang, anak-anak yang sebaya dengan 'sang autis' menjauh. Apakah kondisi ini menjadi beban untuk orang tua sang penderita? Saya kira ya, tapi itu dapat Anda tepis dengan rasa syukur kepada Tuhan, bukankah banyak keluarga yang menginginkan anak tetapi tidak memperolehnya? Walaupun orang tua menderita, sementara sang anak sepertinya tidak menderita karena tetap terlihat berbahagia dan tidak tahu apa-apa, saya yakin sang anak autis itupun merasakannya. Jadi, jangan pernah mengolok-olok orang autis.

Anak autis sebenarnya sama dengan anak-anak yang lain. Hanya saja, mereka memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki anak lainnya. Mereka membutuhkan perhatian yang lebih. Mereka adalah malaikat-malaikat kecil yang Tuhan kirim untuk menegur kita -orang yang mengatakan dirinya orang normal, tetapi sering bertindak tidak normal. Orang autis pun memiliki kelebihan yang kita tidak miliki.

Saya setidaknya pernah mengenal, atau tahu lebih tepatnya, 3 orang autis. Pertama, saudara sepupu ayah, sebut saja dia Anggrek. Anggrek adalah seorang perempuan yang autis. Saya sendiri kurang mengetahui asal-usul keautisan tersebut. Dia biasa diolok-olok oleh anak kecil. Sementara dia sendiri sudah berumur 30an tahun. Tapi, saya akui, mukanya awet muda. Yang perlu Anda tahu, dia menyukai orang-orang yang menerima dia. Bahkan, saat dia merasa nyaman, dia akan terus lengket dengan orang tersebut dan akan dengan senang memberikan salam. Dia marah dan bisa mengamuk jika perasaannya disakiti atau terganggu. Saya merasa salah satu kelebihannya adalah saat beribadah di gereja. Dia akan menyanyi dengan sungguh-sungguh walaupun dengan kata-kata yang tidak jelas. Dia tahan berdiri lama selama memuji Tuhan. Bahkan, saat mulai penyembahan, dia dapat bersungguh-sungguh, menangis dan menyembah Tuhan dengan kata-kata yang tidak dimengerti. Jika Anda di dekatnya di saat-saat seperti ini, Anda akan merasa hadirat Tuhan dan getaran mengisi tubuh dan jiwamu. Bahkan saat saya mengetik ini, saya pun merasakan getaran tersebut. Ini adalah salah satu keistimewaan malaikat kecil yang tuhan kirim ke dunia.

Orang kedua adalah seorang anak laki-laki kecil, mari kita sebut dia Joseph. Joseph adalah seorang anak yang rajin datang sekolah minggu di gereja. Dia cukup tampan, walaupun memang ada sedikit perbedaan pada wajah anak autis. Dia sangat dekat dengan mamanya dan harus selalu ditemani mamanya. Dia malaikat kecil yang menyukai musik. Ya, setidaknya itulah hipotesis saya. Saat saya atau teman lain memainkan gitar, dia akan senang melihatnya dan dia ingin memainkannya. Pernah satu atau beberapa kali saya memberinya kesempatan memegang gitar dan mengajarkannya sedikit. Dia senang dan dengan gaya seperti orang dewasa, dia memainkan gitar tersebut dengan genjrang-genjreng -yang memang tidak merdu, tapi membuat Anda tersenyum senang. Dia sempat cukup dekat dengan saya dan akhirnya dia mau maju bersama saya ke depan tanpa mamanya, atau menyanyi dan menari bersama saya. Yang perlu Anda tahu, dia juga ternyata tahu apa itu uang. Saya memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan Joseph yaitu saat dia tidur di pangkuan saya. Dia meletakkan kepalanya di pangkuan saya dan berbaring dengan tenang. Itu benar-benar pengalaman yang membahagiakan. Saya merasa menjadi seorang ibu. Saya ingin melihat masa depannya yang gemilang. Saya yakin jika dia dilatih, dia bisa menjadi pemain musik yang handal. Satu doaku untuknya, amin.

Orang ketiga adalah seseorang yang saya tidak kenal dan tidak pernah bertemu. Akan tetapi, dia adalah adik dari sahabat orang yang pernah saya sukai. Sebut saja namanya Jeremy. Jeremy sebenarnya lebih tua 1 atau 2 tahun dari saya. Akan tetapi, karena dia adalah penyandang autis, tentu dia tidak seperti saya. Saya cukup terharu dan terenyuh dengan kisah hidupnya. Jeremy adalah anak bungsu dan mamanya meninggal dunia sejak dia umur 5 tahun, kalau saya tidak salah ingat. Dia hanya tinggal bersama ayahnya yang menjual bakso, dan kakak laki-lakinya. Saya tidak bisa membayangkan seandainya saya ada di posisinya. Namun, saya yakin kasih sayang dari ayah dan kakaknya akan memberkati dia.

tulisan 24 Desember 2006
Jeremy yang tak kenal mama
Jeremy yang lebih tua dariku
Jeremy yang tidak normal seperti lainnya
Sedang apakah di malam ini
Adakah harapan yang terpegang
Dapat menjadi normal
Rasakan kasih mama .  . . 


Itulah sedikit kisah mengenai orang autis yang saya tahu. Saya berharap, kelak jika saya sudah menikah dan memiliki anak, saya memiliki anak yang normal. Akan tetapi, jika Tuhan ijinkan saya memiliki anak autis, saya ingin menerima kekuatan dari Tuhan untuk mengasihinya setulus hati. Kiranya Tuhan memberikan hikmat untuk setiap orang tua yang Tuhan karuniai anak autis. Mari kita -yang tidak memiliki anak atau saudara autis- tidak memandang anak autis dengan ejekan atau hinaan karena mereka juga manusia yang memiliki perasaan dan potensi untuk berkembang.

Kiranya semua tulisan ini menjadi berkat untuk kita semua, Amin.

didedikasikan untuk semua orang autis dan orang tuanya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar